Dalam rengkuh pagi yang terus berangkat maju
kau persembahkan kembali Surya yang sedang malu
menata kembali rongga paru paru yang telah remuk
menghidupkan kembali harapan untuk menjadi tulang rusuk
perlahan, nyawa yang hampir tertelan kembali pada pangkuan badan
harapan yang tersapu angin dan melanyang, kini pulang dari peraduan
Terimakasih
pada setangkup kepercayaan yang telah kau beri kembali
pada jiwa yang hampir terlahap inti bumi
merasakan sesak yang mengarak
risak yang mengoyak
jantung yang berdetak lambat kini beradu pada detik yang bergerak cepat
hati yang buta perlahan menemukan pendar cahaya
dan dalam suatu titik sunyi malam, aku terus berdoa,
membasahi lidah, mengurai tanya, apakah ini sebuah keajaiban,
keajaiban tentang bagaimana cara mendapatkan
keajaiban tentang bagaimana buih buih harap itu kembali
Terimakasih
pada paragraph baru yang tertata lagi
pada narasi tentang kita nanti
dan monolog ini, aku urai, untukmu terkasih