Sayang
Masihkah kita bertanya tanya apakah kita saling mencinta dalam berbagai kesibukan kita yang beringas merenggut waktu ?
masihkah kita saling melempar bahagia tanpa bertatap muka dan saling menatap dalam lalu kembali bertanya apakah hari esok masih ku lihat lensa mata yang selama ini berlarian dalam lembah lembah pikiran ku
Sayang,
Masihkah kita percaya tentang ramalan masa depan, bahwa kelak kita tak pernah melewatkan satu senja pun dengan berbagai cerita yang pernah kau tulis, bersama caramu menyajikan teh dan biskuit hangat dari oven tua mu ?
Sayang,
kemarilah, telah berbagai kosa kata ku susun atas dasar menghilangkan rindu, namun tak ada susunan huruf yang lebih indah dari kata temu.
Sayang.
Aneh rasanya ketika aku memandang hujan malam ini, rintiknya seperti tumpahan kenangan yang tak lagi mampu menguap dan kembali pada peluk bumi, membentur tanah lalu terserap pada sekelebat ingatan tentang bagaimana kau meraih tanganku ketika terjatuh adalah pilihan terakhir.
Sayang
Dalam sebatas kata ini aku hanya memelukmu dengan rapalan doa.
semoga sehat selalu, bahagia, dan tercukupi.
meski aku tetap memanggul lara dalam sebuah ketikan dan hanya melamunkan tanggal kelak kita berjumpa
sayang
Jangan pernah lagi menghilang
tetaplah bersemayam dalam pelukku yang sedikit dingin karena lama kau tinggalkan