Sabtu, 26 Mei 2018

Kelana

Berbelit sepi pada dataran tinggi.
Perlahan membunuh , terkoyak berbagai fiksi.
Dan pada tiap langkah menuju Pagi.
kata pulang selalu menjadi berbagai diksi
menjatuhkan air mata, menangkap titik emosi

Berpetualang , berjalan sejauh kaki melangkah
Sejauh  bayangan kian melayang
dan paling jauh diantara yang jauh.

Arti pulang akan selalu kita temukan,
akankah menjadi hujan mimpi ?

Singgah pada keindahan pelangi, singgah pada hangatnya mentari
Singgah pada tetesan embun pagi
Singgah pada kesunyian malam
dengan alam merdu suara hutan
seakan mencengkram untuk enggan pulang,
Membuat lupa jalan pulang.

Namun utasan kata pulang seakan mengoyak pikiran
Dikediaman yang paling dalam aku bergegas pulang.
Merentas rindu yang sempat tersimpan

Berjalanlah aku , berjalan sejauh mungkin untuk kutemukan arti pulang sesungguhnya

Ibu , peluk hangat engkau lah yang menghantar kaki ini menemukan jalan pulang
Bersilah sederhana di depan perapian
Bercengkrama, bercerita, mangaju tanya,
dan semua hangat itu tercipta
pada benda beratap dan berongga
yang selalu tertanam kata pada rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar