Bolehkah aku berbagi diksi
tentang seorang yang saat ini aku anggap ilusi
pernah berucap dan bernada tentang selamat pagi
menghantar pekat malam dan berdoa dalam mimpi
Dan kali ini, aku membentak lirih
pada segaris kuning yang tercipta oleh matahari
bahwa aku pernah bodoh dan dan tercabik perih
dihantam lebam dendam, di pendam kelam diam
Ketika sore datang dengan ringkih,
paru paru terjerat sesak pada ruang yang selama ini terisi,
kau dengan paksa menarik semuanya kembali,
seperti seakan mematahkan sistem kerja tulang sendi.
Lantas bagaimana sekarang aku berhalusinasi
menanya kabar pun kau masih mengendapkan emosi.
apakah kita harus berbagi pahit rasa kopi
hingga kau tau, bagaimana cerita kita nanti ?
Kau suruh aku pergi ?
lalu bagaimana kau betah dalam lingkar sendiri ?
bahkan aku yang mendiami bumi patah hati
tak mampu merekam menulis dan mengambil arti dari senyap yang menggantung pada dinding dinding ratap sunyi
namu ingat, bila suatu kali kau kembali dan menemui ku di sudut itu lagi, percayalah, bahwa aku tak pernah beranjak pergi, dan dengan berbagai peluru yang menghujam nadi, kesetian itu tetap ku jaga dengan rapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar