cangkir ku malam ini tak berisi kopi
Hanya berisi pekat aroma iri
membias tipis membalut getir emosi
Mencabik jiwa menikam nalar
hanya menyisa amuk liar
Aku pesan kopi ku sekali lagi
dan tepat ketika ku minum, ia mengalirkan genangan genangan nestapa
pahit yang kian menyudut sempit
hitam yang tak kuat meredam
dan kopi, perlahan terganti
pada jernih air putih.
terpampang jelas pada celah kornea mata
melihat diri yang kian hina
dan hanya kotor,
pada darah yang mengalir dalam vena
titik cahaya terlihat dari ujung sempit menara
pendar yang memancar
gelap yang termakan
cangkirku terhempas
pecahh !!!
menyisakan beling beling kerapuhan
dan tepat pada saat itu sajak yang berjudul "kau" datang
membersihkan serakan putus asa
menata kembali kepingan harap
Terimakasih
ya, terimakasih pada sajak yang berjudul "kau"
merekatkan yang retak
menata yang telah lama musnah
dan mengajak aku kembali, melihat titik terdalam dari semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar