Selasa, 12 Juni 2018

Terka

pada depan teras rumah yang merengkuh sunyi
aku coba menerjemahkan diri
menatap layar 5 inci
dan mulai menerka pesan mu apakah itu dari dalam hati

Maafkan aku
bila lelah telah menderamu
bila bosan mulai mencekik mu
dan bila pudar mulai berkawan akrab denganmu

kamus kamus tentang romansa mulai kubuka
lembar demi lembar, terbaca kian samar
kata demi kata yang mulai mengertak tanya
dan dalam kalimat "berubah",
aku mulai panik, seakan menghadap binasa

Bertahanlah,
pada jerat jerat niscaya
percayalah,
pada sederet improvisasi yang ku buat
dan ingatlah
pada narasi yang perlahan membuka sekat

Ada sedikit harap yang ingin ku kejar
menghilangkan ragu, membalut raga
melihat senyum, lalu mendekap mesra
dan, sejenak kita mengandai khayal
tentang esok, kita bertualang kemana

sayangku,
terimakasih kali ini aku ukir merdu dalam tiap deskripsi deskripsi sajak  ini
biarka ia berkejaran, merangkak naik memasuki celah pikiran

sayangku
masih adakah sudut kecil dalam hatimu ?
sejenak aku singgahi, lalu aku pergi
bukan, bukan pergi meninggalkanmu sayang,
aku pergi bertualang, menjelajah vena, melewati aorta, dan lalu menemukan indah telaga dalam kisah yang tersimpan pada bilik kanan jantungmu

tolonglah,
aku yang pernah  merasakan patah
aku yang sekali melawan siksa
dan pendar cahaya yang mulai perlahan naik aku temukan pada coretan lensa mata,
dan kau, telah menarikku dari dalam jurang nestapa

sayang,
terimakasih ku menghujam deras tanpa henti
kau telah merekatkan retak pada jiwa yang sendiri
pada badan yang telah tertawan sepi
terpenjara kabut malam dan kuat aroma kopi, lalu kau datang, dengan menawarkan indah pagi

Venny, Tolong janganlah pergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar